Posted by : Unknown Selasa, 26 Agustus 2014



Pas gw lagi ngga ada kerjaan, tiba-tiba gw teringat akan sosok guru PKK gw saat SD dulu. Meskipun gw lupa nama gurunya siapa, tapi gw gak akan lupa akan jasa-jasanya yang telah menularkan sebuah inspirasi yang cukup inovatif, bagi kami murid-murid kesayangannya di waktu itu.

Hmm.. entah ini berskala nasional atau nggak, yang jelas semua anak SD di sekolah gw waktu itu, pasti hobinya gambar gunung kembar yang lancip, ditemani matahari yang mengintip, plus sawah-sawah di sisi kanan dan kiri, sekaligus jalan yang meruncing di tengahnya.

Meskipun terkesan biasa, atau bahkan lucu jika di ingat-ingat saat sekarang ini, tapi pencapaian kata sempurna di gambar "pemandangan" tersebut, terbukti sangat menguras konsentrasi kami, para pelukis amatir saat itu.

Untuk itu, demi mengeksplorasi kembali gambar pemandangan yang sempurna tersebut, kali ini gw ingin mengajak kalian untuk memaknai beberapa gambar pemandangan berikut. Gambar-gambar ini gw dapat secara random dari 2000 TPS di seluruh Indonesia,,,,,,, ealah, koq kayak Quick count yak?

#RALAT *Gambar-gambar pemandangan di bawah ini gw dapat secara random dari eyang Google. Si eyang yang emang paham bener soal banyak hal. Karena gak hanya gambar, si eyang pun juga jago bingits ngoprek-ngoprek data pribadi seseorang, apalagi ngoprek seputar data gebetan via mesin pencarinya yang canggih itu. Seh, ini jadi ngelantur yak... udah deh, dari pada kelamaan mending kita cekibrotin langsung nyok.....

A. Gambar karya Paijo dari SDN 01 Petang Pulang Pagi, Purbalingga.
 
Dalam gambar Paijo yang cukup imajinatif ini gw melihat sosok Paijo yang cukup natural, suci, dan belum berlumur dosa. Hal itu terlihat dari gambarnya yang polos dari jari-jemari yang lembut, plus dengan aksen warna hitam-putih yang cukup nyentrik jika dilihat dari kacamata seniman.

Secara keseluruhan ide dasar dari gambar pemandangan yang sempurna memang sudah terwakili dari gambar Paijo di atas, bahkan tak sesekali Paijo pun berimajinasi akan tampilan burung yang terbang,
gubuk di tengah sawah, perwujudan sawah, penampakan matahari, penampakan pohon cemara, dan juga marka jalan yang tak simetris, sungguh membuat gambar pemandangan ini semakin hidup, dan rasanya pas sekali jika dinikmati di tengah nuansa Ramadhan seperti saat ini (polos dan berwarna putih, jadi kayak kembali ke Fitri gitu dech).

Dari gambar kreatif Paijo tersebut tanpa disadari ada 8 poin yang rasanya perlu gw komentari.
1.   Di poin ini Paijo mencoba menggambarkan enam burung yang bebas layaknya kawanan burung yang kerap beterbangan hilir-mudik di langit luas. Untuk mendramatisir wujud burung tersebut, Paijo pun menggambarkan Burung tersebut tanpa tubuh, tanpa raga, sungguh imajinatif.

Yah, patut dimaklumi, karena burung adalah jenis unggas yang berbulu memang terkesan ribet kalo digambarkan secara detil, apalagi sambil terbang. Boro-boro anak SD, gw aja gak bisa bro,,, tapi,, meskipun begitu,, gw cukup salut sama burungnya si Paijo, meskipun hanya terlihat sayapnya saja, namun sayap-sayap burung tersebut seolah hidup dan sungguh bernilai di lukisan tersebut, sungguh magis sekali, sayap burung bisa terbang puluhan ribu kaki di atas gunung.

2.   Nah, untuk yang poin ke 2 ini, mungkin hanya Paijo dan Tuhan yang tahu, karena jujur, pas gw ngeliat itu wujud, gw sempat berpikir beberapa menit karena gw gak paham sama banget sama wujudnya. Tapi menurut daya kreativitas yang gw punya, sepertinya coretan itu adalah sekawanan awan Cumulus yang sedang bergumul di pagi hari yang kurang bersinar tersebut. Atau dengan daya imajinasi gw lainnya, bisa juga coretan itu adalah sekelompok Burung yang sedang tawuran, atau bahkan Burung lagi kawinan, karena letaknya tak jauh dari sekawanan sayap burung yang sedang terbang. Yup, sekali lagi, untuk poin yang satu ini hanya Paijo yang tahu, karena gw bener-bener gak tahu, dan hanya sebatas komen aja, gak lebih.

3.   Di poin ke 3, terlihat bahwa Paijo nampaknya sudah melewati jam pelajarannya, jadi dia tidak sempat menggambarkan jajaran sawah di ruang kosong ini. Karena pada umumnya, gambar pemandangan yang sempurna itu haruslah terdiri dari jajaran sawah yang membentang di sisi kiri dan kanan jalan. Karena kekurangan esensi sawah di poin ini maka sudah dapat diramalkan bahwa guru KTK Paijo pun tak akan memberi Paijo nilai bulat. Karena biasanya untuk gambar yang tidak sempurna sang guru akan menilai setiap gambar dengan hiasan angka setengah (0,5), seperti 7,5 atau 8,5 sebagai apresiasi ide Paijo terhadap mata pelajaran KTK. Udah gitu aja...

4.  Di poin ini yang gw duga adalah pohon cemara. Pohon cemara ini nampaknya sengaja digambarkan sebagai pohon liar. Hal itu terlihat dari bentuknya yang tak seragam dari deretan awal hingga akhir. Jika dilihat dari sisi kesempurnaan objek, pohon cemara milik Paijo ini nampaknya sudah menerapkan pola standar tiga dimensi (3D). Dimana, deretan pohon cemara tersebut sudah tersusun rapih dari skala besar ke kecil untuk menonjolkan unsur 3D di gambarnya tersebut.

5.   Di poin ke 5 ini, gw ingin berkomentar bahwa Paijo orang yang bebas, karena wujud matahari pun digambarkan tidak simetris meskipun terlihat sepersekian lingkaran saja di tengah-tengah gunung. Tak hanya bentuk yang unik, matahari Paijo itu pun nampaknya kurang bersinar, karena bias sinarnya pun hanya berada di skala 4. Hal itu terlihat dari 4 garisan saja yang ingin Paijo tonjolkan di mataharinya tersebut.(suka-suka lw dah tong)

6.   Di poin ini, Paijo nampaknya ingin bermain unsur seni abstrak klasik. Meskipun terkesan hanya coretan-coretan liar namun secara eksplisit Paijo mampu menampilkan sosok gubuk reot di tengah sawah. Entah ini perwujudan asli dari imajinasinya, atau memang keadaan gubuk sungguhan yang pernah Ia lihat, sekali lagi, gambar gubuk ini adalah salah satu unsur abstrak yang terlihat sempurna di lukisan tersebut.

7.   Di poin ini, terlihat sekali bahwa bibit padi yang ada di desa Paijo adalah bibit-bibit unggul. Entah itu bibit padi impor atau bukan, yang jelas padi-padi yang digambarkan oleh Paijo sangat terlihat subur dan besar-besar sekali. Namun sangat disayangkan, Paijo masih belum paham betul cara bercocok tanam. Hal itu terlihat dari kesemrawutan Paijo dalam meletakkan padi-padi di sawahnya, sehingga terlihat acak-acakkan, dan mubazir, karena masih banyak lahan kosong yang belum diisi oleh Paijo. (Wah kalo gini nilai-nya pasti berkurang setengah lagi nich, yang cabal ya Jo).

8.   Untuk poin terakhir ini sepertinya Paijo memang tengah menggambarkan wujud asli dari jalan di kampung halamannya yang becek dan gak ada ojek. Hal itu terlihat dari kakunya Paijo saat menggambarkan garis-garis marka jalan. Paijo seolah galau, dan bertanya-tanya, seperti apakah wujud marka jalan yang sebenarnya, besar kah?, sedang kah? atai kecil kah? atas dasar kegalauan Paijo tersebut, maka tak heran jika Paijo pun memberikan tiga contoh marka jalan di gambar tersebut.

B. Gambar karya Iroh dari SDN 06 Pagi Pulang Petang, Bantul
 
Beranjak ke gambar milik Iroh, terlihat bahwa Iroh orang yang tegas dan displin. Semua hal itu terlihat dari gambar pemandangannya yang sungguh simetri dari keseluruhan aspek. Telihat bahwa sawah yang dikotak-kotakkan, jalan yang menyerupai segi tiga sama sisi, bahkan wujud gunung Iroh pun terlihat melengkung seperti aslinya (Plis, jngan mikir kemana-mana.....).

Untuk itu demi mengejawantahkan lukisan tersebut, maka gw pun sudah mengambil 6 poin mendasar yang patut dimaknai secara mendalam, agar lebih bermakna.
1.   Awan dilukisan Iroh terlihat lebih hidup, meskipun agak sedikit mirip awan kinton. Namun dari segi keserasian warna, Iroh sudah pandai memadupadankan warna biru untuk awan dan putih untuk langit secara keseluruhan. Gud job Iroh.
2.   Matahari Iroh pun terlihat lebih bersinar, dengan memancarkan cahaya di skala 10 (itung aja jumlah garisnya kalo gak percaya). Kecerahan itu pun semakin terwakili berkat warna oren yang menyelimuti matahari tersebut. skali lagi gud job Iroh.

3.   Di poin ini Iroh menunjukkan sisi individualis-nya. Hal itu terihat dari terpencarnya kawanan burung-burung Iroh, berbeda dengan kawanan burung yang terlihat akrab seperti di gambar Paijo sebelumnya. tolong diperbaiki ya Iroh,

4.   Nah, Soal gunung melengkung ini, Iroh nampaknya cukup memiliki rasa kemanusiaan yang lebih. Iroh mungkin sangat mengasihani para pendaki gunung yang ingin mendaki gunungnya. Oleh karena itu, dari pada harus digambarkan secara curam dan lancip, dan membuat para pendaki gunung kesusahan, dan tiba-tiba ketuncep matik di puncak gunung, maka Iroh pun berinisiatif memugar bentuk gunungnya dengan pola melengkung, agar para pendaki gunung dapat mudah mendaki dan terselamatkan nyawanya. makasih Iroh.

5.   Tapi sayang, meskipun sawah Iroh sudah terlihat sempurna di kedua sisi, namun dari segi pepohonan, Iroh nampaknya lupa melakukan reboisasi. Entah karena gerakan krisis pangan atau bukan, yang jelas Iroh telah membabat keseluruhan pohon di sekitar desanya, dan memugarnya menjadi lahan persawahan yang produktif. Jangan diulangi lagi ya Roh, kan kesian itu pohonnya tinggal sendirian,, sedih ngeliatnya.. #hiks  

6.   Sekali lagi sisi sempurna terlihatlah di persawahan milik Iroh ini. Karena telaten, nampaknya Iroh berhasil memenuhi sawah di sisi kanan dan kiri jalan. Bahkan saking seriusnya, sawah Iroh pun sampai panen dengan sempurna lho. Makanya gak heran, kalo Iroh dapet ponten 8 tuh, (tegesin deh gambarnya) Congratz ya Roh,,, kalo udah gede jadi petani aja ya... Amin

Setelah melalui analisis kritis di kedua gambar tersebut, maka terlihatlah unsur saling melengkapi di antara gambar satu dan kedua. Selain itu, sisi imajinasi dan kreativitas para pelukis amatir pun seolah tertuangkan dengan hebat, meskipun mereka berasal dari daerah, sekolah dan jenis kelamin yang berbeda.

Eits, tapi tunggu dulu, selain unsur kedesaan, ternyata ada pula gambar-gambar pemandangan yang sudah terkontaminasi peradaban modern dewasa ini. Sebagai bukti, ada dua contoh gambar pemandangan yang sempurna dari Ujo dan Jaka yang menimba ilmu di SDN 07 Kadang Pulang Pagi, Kadang Pulang Petang, Malang, berikut ini.
 
Si Ujo berhasil menggambarkan tiang-tiang listrik yang sudah memasuki pedesaan. Objek tiang listrik tersebut terbilang revolusioner, karena objek tersebut memang tak ditemukan di lukisan Paijo dan Iroh sebelumnya.
 
Sedangkan di lukisan Jaka, terlihat bahwa modernisasi memang sudah menggusur pemandangan desa nan asri sebelumnya. Di gambar Jaka terlihat jelas bahwa banyak sawah yang digusur, dan dimiliki oleh orang perseorangan. Satu orang membeli sawah untuk dijadikan rumah, dan satu orangnya lagi membeli sawah untuk menanamkan sebatang pohon saja. (Dasar invidualistis). Bahkan, karena banyaknya orang kaya baru di kampungnya, akibat jual-beli sawah tersebut, maka Jaka pun tak segan-segan menggambarkan mobil baru yang secara disengaja diparkirkan di tengah jalan tanpa memikirkan asas tenggang rasa kepada pengguna jalan lainnya. Ckckck.. egois sekali orang-orang yang digambarkan jaka di lukisan itu... Jangan di tiru ya kawan-kawan....

Untuk kedepannya, semoga saja semakin banyak gambar-gambar pemandangan yang lebih kreatif lainnya yang bisa para pelukis amatir ciptakan untuk mewujudkan tema pemandangan yang sempurna. Tapi plis, jangan gambar tema gunung lagi dong, kan masih banyak tema-tema pemandangan lain yang masih bisa di eksplor, kayak gambar pantai, sungai, dan air terjun gitu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Wonk N'diwak -Anonymous- Powered by Blogger - Designed by Mr.X -